Kondisi cuaca ekstrem belakangan ini dapat mengakibatkan lahan sawah garapan petani di beberapa sentra produksi beras nasional terendam banjir.
Untuk mengantisipasi hal itu, Perum Bulog masih harus mengimpor beras 400.000 ton guna memenuhi stok yang diminta pemerintah hingga akhir tahun sebesar 2 juta ton. Hal itu dikatakan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimuso kepada SH di Jakarta, Senin (26/11) siang.

“Kami masih bisa menambah penyerapan sebesar 200.000 ton. Jadi stok akhir tahun ini bisa mencapai 1,6 juta ton. Dengan melihat kondisi lahan pertanian di sentra produksi terbesar di Jawa Barat banyak yang terendam, saya khawatir hal ini akan menghambat penyerapan,” katanya.
Sutarto menyebutkan, dengan kondisi stok Bulog, diperkirakan hanya tersisa 1,6 juta ton pada akhir tahun tidak akan mampu memenuhi kebutuhan beras nasional hingga akhir tahun ini, apalagi dengan melihat kondisi cuaca saat ini.
Penyerapan 200.000 ton dari panen para petani akan terhambat. Dengan perhitungan stok akhir tersebut maka jumlah yang bakal diimpor Bulog 400.000 ton. Angka impor tersebut tidak sebesar angka impor yang 1,8 juta ton pada 2011 lalu.
Dia menjelaskan, menghadapi musim hujan akhir tahun ini, pemerintah dihadapkan pada kondisi curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan lahan-lahan sentra produksi beras tanah air mengalami gagal panen akibat terendamnya lahan-lahan pertanian di sentra-sentra produksi terbesar saat ini, seperti Cirebon, Purwakarta, Indramayu, serta Karawang.
Perum Bulog memperkirakan, posisi stok nasional sampai akhir 2012 mencapai 2,2 juta ton. Angka itu telah dikurangi untuk memenuhi penyaluran raskin sebesar 800.000 ton sampai Desember tahun ini. Dengan demikian, stok Bulog hingga akhir tahun ini hanya tersisa 1,4 juta ton.
Sutarto mengakui, Bulog masih menunggu panen raya akhir tahun ini. Karena itu, hasil dari panen raya tersebut pihaknya diharapkan mampu melakukan penyerapan sebesar 200.000 ton sehingga diharapkan stok beras Bulog hingga akhir tahun mencapai 1,6 juta ton.
Data Bulog menunjukkan stok beras Bulog saat ini 2,2 juta ton, dengan jumlah pengadaan dalam negeri 3,326 juta ton. Kemungkinan jumlah ini akan bertambah 200.000 ton (jika tidak mengalami gagal panen akibat terendam air banjir), serta dikurangi angka penyaluran raskin 800.000 ton. Jadi, sisa stok dikurangi penyaluran raskin 1,4 juta ton.
Sutarto menambahkan, Bulog sudah menghitung stok secara saksama, termasuk memperhitungkan kenaikan produksi. Namun karena permintaan stok akhir dari pemerintah 2 juta ton, terpaksa dilakukan impor. Pihak Kementerian Perdagangan sudah memberikan izin kepada Bulog untuk mengimpor beras hingga 1 juta ton. Masa waktu impor tersebut diberikan hingga akhir tahun.
Menurut BPS, data produksi tanaman pangan 2012 (ARAM I) yang merupakan realisasi Januari-April 2012 serta ramalan/perkiraan luas panen dan produktivitas Mei-Desember 2012, ramalan/perkiraan luas panen Mei-Desember 2012 didasarkan pada luas tanaman akhir bulan April 2012 mencapai 68,96 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebesar 3,20 juta ton (4,87 persen) dibandingkan 2011.
Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 2,09 juta ton dan di luar Jawa sebesar 1,11 juta ton. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 286.010 hektare (2,03 persen) dan produktivitas sebesar 1,39 kuintal/hektare (2,79 persen).
Perkiraan kenaikan produksi padi 2012 yang relatif besar terdapat di Jawa Timur, Jawa tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung. Sementara itu, perkiraan penurunan produksi padi 2012 yang relatif besar terdapat di Jawa Barat, Riau, Gorontalo, Bali, dan Banten.
Anggota Komisi IV DPR Ma’mur Hasanuddin mengatakan, pemerintah sulit mencapai target ketahanan pangan selama masih membuka kebijakan impor beras.
Ia juga menyayangkan kebijakan kontradiktif impor selalu dilakukan setiap tahun oleh pemerintah di tengah masa panen raya dan optimisme produksi naik dari petani. Padahal, Bulog sering diingatkan untuk menyerap gabah petani di masa panen, tapi tidak pernah terealisasi dengan baik.
Di sisi lain, Kementan didorong untuk meningkatkan produksi pertanian, tapi tidak ada kebijakan proteksi lahan dan revitalisasi infrastruktur pertanian yang memadai. “Capaian gabah setinggi apa pun tidak akan pernah mencukupi jika mindset dan paradigma pemerintah mengenai importasi dan kedaulatan pangan tidak berubah,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan hanya melihat beras sebagai komoditas ekonomi yang diperjualbelikan dan kecukupan stok, tapi kurang mempertimbangkan keberpihakan terhadap petani lokal. “Selama ini rasio ketergantungan impor beras Indonesia terhadap konsumsi beras nasional terus meningkat hampir dua kali lipat,” kata dia.
Waktu Tanam Mundur
Sebelumnya, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengungkapkan, jelang akhir tahun ini, waktu tanam yang biasanya jatuh Oktober mundur menjadi Desember-Januari. Diperkirakan, wilayah sentra beras yang cukup strategis seperti Cirebon, Inderamayu, dan Karawang atau yang dekat dengan bendungan dapat mengalami hujan pada awal Desember.
Menurutnya, hujan ekstrem yang diprediksi mengakibatkan banjir akan terjadi pada awal Januari 2013. Bahkan, BMKG memperkirakan curah hujan akan tinggi, mencapai lebih dari 3000 meter kubik.
Winarno mengharapkan agar Kementerian Pertanian harus segera melakukan pemetaaan wilayah yang berpotensi terdampak banjir agar bisa dilakukan antisipasi yang dapat mengeliminasi dampak yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) menyatakan pihaknya optimistis bisa surplus beras sekitar 2,2 juta ton tahun ini. Stok beras yang dimiliki saat ini telah mencapai 3 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi beras warga Sulsel hanya 800.000 ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Pemprov Sulsel, Asri Agung Pananrang, Senin (26/11) mengatakan, sebagian wilayah Sulsel sudah memasuki musim hujan tetapi sebagian lainnya justru memasuki masa panen sehingga stok beras tetap bertambah.
Ia juga menyatakan target overstok beras Sulsel sebesar 2,2 juta ton bakal tercapai seiring meningkatnya hasil panen di paruh ketiga tahun ini di berbagai daerah di Sulsel.
Karena stok yang cukup besar, Bulog Sulsel telah menyuplai kebutuhan beras ke seluruh provinsi di Sulawesi, termasuk Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.(Rusdy Embas)
0 komentar:
Posting Komentar