WEB BLOG
this site the web

Bulog Tetap Andalkan Beras Impor


Kondisi cuaca ekstrem belakangan ini dapat mengakibatkan lahan sawah garapan petani di beberapa sentra produksi beras nasional terendam banjir.
Untuk mengantisipasi hal itu, Perum Bulog masih harus mengimpor beras 400.000 ton guna memenuhi stok yang diminta pemerintah hingga akhir tahun sebesar 2 juta ton. Hal itu dikatakan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimuso kepada SH di Jakarta, Senin (26/11) siang.
Ia mengatakan, pihaknya khawatir melihat kondisi cuaca ekstrem saat ini. Disebutkan, bakal banyak lahan sawah garapan petani di beberapa sentra produksi beras nasional terendam banjir. Ini secara otomastis akan menghambat target rencana penyerapan beras petani oleh Bulog.
“Kami masih bisa menambah penyerapan sebesar 200.000 ton. Jadi stok akhir tahun ini bisa mencapai 1,6 juta ton. Dengan melihat kondisi lahan pertanian di sentra produksi terbesar di Jawa Barat banyak yang terendam, saya khawatir hal ini akan menghambat penyerapan,” katanya.
Sutarto menyebutkan, dengan kondisi stok Bulog, diperkirakan hanya tersisa 1,6 juta ton pada akhir tahun tidak akan mampu memenuhi kebutuhan beras nasional hingga akhir tahun ini, apalagi dengan melihat kondisi cuaca saat ini.
Penyerapan 200.000 ton dari panen para petani akan terhambat. Dengan perhitungan stok akhir tersebut maka jumlah yang bakal diimpor Bulog 400.000 ton. Angka impor tersebut tidak sebesar angka impor yang 1,8 juta ton pada 2011 lalu.
Dia menjelaskan, menghadapi musim hujan akhir tahun ini, pemerintah dihadapkan pada kondisi curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan lahan-lahan sentra produksi beras tanah air mengalami gagal panen akibat terendamnya lahan-lahan pertanian di sentra-sentra produksi terbesar saat ini, seperti Cirebon, Purwakarta, Indramayu, serta Karawang.
Perum Bulog memperkirakan, posisi stok nasional sampai akhir 2012 mencapai 2,2 juta ton. Angka itu telah dikurangi untuk memenuhi penyaluran raskin sebesar 800.000 ton sampai Desember tahun ini. Dengan demikian, stok Bulog hingga akhir tahun ini hanya tersisa 1,4 juta ton.
Sutarto mengakui, Bulog masih menunggu panen raya akhir tahun ini. Karena itu, hasil dari panen raya tersebut pihaknya diharapkan mampu melakukan penyerapan sebesar 200.000 ton sehingga diharapkan stok beras Bulog hingga akhir tahun mencapai 1,6 juta ton.
Data Bulog menunjukkan stok beras Bulog saat ini 2,2 juta ton, dengan jumlah pengadaan dalam negeri 3,326 juta ton. Kemungkinan jumlah ini akan bertambah 200.000 ton (jika tidak mengalami gagal panen akibat terendam air banjir), serta dikurangi angka penyaluran raskin 800.000 ton. Jadi, sisa stok dikurangi penyaluran raskin 1,4 juta ton.
Sutarto menambahkan, Bulog sudah menghitung stok secara saksama, termasuk memperhitungkan kenaikan produksi. Namun karena permintaan stok akhir dari pemerintah 2 juta ton, terpaksa dilakukan impor. Pihak Kementerian Perdagangan sudah memberikan izin kepada Bulog untuk mengimpor beras hingga 1 juta ton. Masa waktu impor tersebut diberikan hingga akhir tahun.
Menurut BPS, data produksi tanaman pangan 2012 (ARAM I) yang merupakan realisasi Januari-April 2012 serta ramalan/perkiraan luas panen dan produktivitas Mei-Desember 2012, ramalan/perkiraan luas panen Mei-Desember 2012 didasarkan pada luas tanaman akhir bulan April 2012 mencapai 68,96 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebesar 3,20 juta ton (4,87 persen) dibandingkan 2011.
Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 2,09 juta ton dan di luar Jawa sebesar 1,11 juta ton. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 286.010 hektare (2,03 persen) dan produktivitas sebesar 1,39 kuintal/hektare (2,79 persen).
Perkiraan kenaikan produksi padi 2012 yang relatif besar terdapat di Jawa Timur, Jawa tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung. Sementara itu, perkiraan penurunan produksi padi 2012 yang relatif besar terdapat di Jawa Barat, Riau, Gorontalo, Bali, dan Banten.
Anggota Komisi IV DPR Ma’mur Hasanuddin mengatakan, pemerintah sulit mencapai target ketahanan pangan selama masih membuka kebijakan impor beras.
Ia juga menyayangkan kebijakan kontradiktif impor selalu dilakukan setiap tahun oleh pemerintah di tengah masa panen raya dan optimisme produksi naik dari petani. Padahal, Bulog sering diingatkan untuk menyerap gabah petani di masa panen, tapi tidak pernah terealisasi dengan baik.
Di sisi lain, Kementan didorong untuk meningkatkan produksi pertanian, tapi tidak ada kebijakan proteksi lahan dan revitalisasi infrastruktur pertanian yang memadai. “Capaian gabah setinggi apa pun tidak akan pernah mencukupi jika mindset dan paradigma pemerintah mengenai importasi dan kedaulatan pangan tidak berubah,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan hanya melihat beras sebagai komoditas ekonomi yang diperjualbelikan dan kecukupan stok, tapi kurang mempertimbangkan keberpihakan terhadap petani lokal. “Selama ini rasio ketergantungan impor beras Indonesia terhadap konsumsi beras nasional terus meningkat hampir dua kali lipat,” kata dia.
Waktu Tanam Mundur
Sebelumnya, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengungkapkan, jelang akhir tahun ini, waktu tanam yang biasanya jatuh Oktober mundur menjadi Desember-Januari. Diperkirakan, wilayah sentra beras yang cukup strategis seperti Cirebon, Inderamayu, dan Karawang atau yang dekat dengan bendungan dapat mengalami hujan pada awal Desember.
Menurutnya, hujan ekstrem yang diprediksi mengakibatkan banjir akan terjadi pada awal Januari 2013. Bahkan, BMKG memperkirakan curah hujan akan tinggi, mencapai lebih dari 3000 meter kubik.
Winarno mengharapkan agar Kementerian Pertanian harus segera melakukan pemetaaan wilayah yang berpotensi terdampak banjir agar bisa dilakukan antisipasi yang dapat mengeliminasi dampak yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) menyatakan pihaknya optimistis bisa surplus beras sekitar 2,2 juta ton tahun ini. Stok beras yang dimiliki saat ini telah mencapai 3 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi beras warga Sulsel hanya 800.000 ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Pemprov Sulsel, Asri Agung Pananrang, Senin (26/11) mengatakan, sebagian wilayah Sulsel sudah memasuki musim hujan tetapi sebagian lainnya justru memasuki masa panen sehingga stok beras tetap bertambah.
Ia juga menyatakan target overstok beras Sulsel sebesar 2,2 juta ton bakal tercapai seiring meningkatnya hasil panen di paruh ketiga tahun ini di berbagai daerah di Sulsel.
Karena stok yang cukup besar, Bulog Sulsel telah menyuplai kebutuhan beras ke seluruh provinsi di Sulawesi, termasuk Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.(Rusdy Embas)

Musim panen harga beras & terigu di Solo stabil


Sindonews.com - Memasuki musim panen di beberapa Kabupaten di sekitar kota Solo membuat harga beras dan tepung terigu di kota itu relatif stabil. Bahkan harga beras sempat mengalami penurunan Rp500 per kilogram (kg). Kini harga berkisar antara Rp7.500-Rp9.000 per kg. Sedang harga tepung terigu berkisar Rp5.500 per kg.

Ali Wiyono, pedagang beras di Pasar Legi Solo mengungkapkan harga beras sekarang ini memang relatif stabil. Menurutnya, saat ini stok cukup melimpah. "Stabilnya harga beras sekarang ini karena sejumlah kabupaten di sekitar kota Solo sebagai penyangga beras, memang sedang panen," ungkapnya di sela-sela melayani pembeli di kiosnya Pasar Legi, Solo, Jawa Tengah, Minggu (1/4/2012).

Dia mengatakan sekarang ini beras jenis C4 biasa Rp7.500 per kg, C4 super Rp8.800 per kg, dan jenis Menthik Rp9.000. Sedangkan untuk beras raskin, dirinya menjual Rp5.800 per kg.

"Saya yakin dalam waktu dekat harga beras belum bakalan naik. Paling tidak, sampai Mei 2012," ujarnya.

Hal senada juga dikemukakan Listyowati, pedagang besar beras di kawasan Pasar Legi Solo. Ia mengaku beberapa minggu belakangan ini pasokan beras di kota Solo cukup melimpah. Sehingga menyebabkan harga beras cenderung stabil. Bahkan bisa jadi malah turun.

"Sekarang ini saya jual untuk jenis C4 super per sak isi 25 kg hanya Rp205 ribu, sedang C4 biasa Rp175 ribu per sak. Ya, untuk C4 itulah yang umumnya dicari orang. Untuk jenis Menthik per sak Rp212 ribu tapi jarang yang beli," ungkapnya.

Sementara itu, untuk tepung terigu, menurut mbak Nur, penjual tepung terigu di Pasar Legi, Solo, mengatakan bahwa harga tepung terigu beberapa minggu ini juga cenderung stabil.

"Sekarang ini harga tepung terigu Rp5.500 per kg. Harga itu sudah beberapa minggu ini terpatok sebesar itu. Agaknya belum ada kenaikan dalam waktu dekat," ungkapnya

Beras Temuan IPB Penyelamat Kebutuhan Pokok


Beras analog adalah beras tiruan. Jenis beras ini merupakan buah karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).
Saat ini, beras tiruan tersebut tengah dikampanyekan sebagai pengganti beras asli (beras dari padi). Beras tiruan yang terbuat dari campuran sagu, jagung, dan singkong tersebut diharapkan dapat membantu menutupi kebutuhan pokok beras di Indonesia yang jumlahnya cukup besar.
Peluncuran beras ini ke tengah-tengah masyarakat dilakukan secara resmi oleh Menteri Pertanian (Mentan) Suswono. Bahkan, sekitar 4.200 mahasiswa yang tengah mengikuti masa orientasi di institut ini dapat menikmati beras tiruan tersebut.
”Mudah-mudahan bisa dibuat in­dustrinya. Selain itu, perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa beras analog ini bisa menggantikan nasi dari beras padi,” ujar Suswono dalam Dies Natalis ke-49 IPB, di Kampus Dramaga, Sabtu (1/9). Ia menyambut baik kerja keras IPB yang menghasilkan banyak model inovasi pangan.
Mentan juga berharap seluruh mahasiswa IPB memberi contoh kepada masyarakat Indonesia bahwa makanan pokok tidak mesti dari beras.
Banyak pangan lain yang mengandung sumber karbohidrat. Dengan hadirnya beras analog karya Institut Pertanian Bogor, papar Suswono, terbukti bahwa Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.
”Beras analog ini salah satu inovasi IPB. Bahan utamanya berasal dari negeri sendiri seperti singkong, sagu, dan jagung. Ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu menciptakan mode pangan berbeda,” ’tuturnya. Diakuinya, Indonesia merupakan negara agraris yang pemroduksi beras terbesar di dunia. Namun, Indonesia juga pengonsumsi beras terbesar sehingga kebutuhan akan beras menjadi sangat besar.
”Dengan resmi hari ini saya luncurkan beras analog ini. Kehadiran beras ini diharapkan dapat mencegah krisis pangan di Indonesia. Sebab Indonesia adalah pengkonsumsi beras padi terbesar di dunia,’’ ujar Suswono.
Disebutkan, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan krisis pangan. Menurutnya, Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan karena sumber karbohidrat di Indonesia tidak hanya bersumber dari beras, tetapi juga pangan lainnya seperti ubi, sagu, singkong, dan jagung.
Rektor IPB Prof Herry Suhar­diyanto menyebutkan, Indonesia mempunyai banyak bahan pangan sumber karbohidrat yang lain. Beras analog, misalnya. ”Mudah-mudah beras analog inovasi IPB ini bisa lebih memasyarakat lagi. Masyarakat kami harap mau membeli produk-produk yang kami hasilkan,” tutur Herry.
Beras analog diharapkan tidak hanya menutupi kebutuhan pangan di Indonesia, tetapi juga dapat membantu negara-negara sahabat yang kesulitan bahan pangan. “Saya mengusulkan agar produksinya dapat ditingkatkan,” katanya.
Sementara itu, Direktur Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Slamet Budijanto, yang juga penemu beras analog tersebut mengatakan, dalam kegiatan kampanye pihaknya menyiapkan 400 kilogram lebih beras analog. “Beras ini memiliki kadar protein 8 persen, keunggulannya seratnya di atas 4 persen,’’ ujar Slamet.
Ia juga menambahkan, beras analog masuk dalam daftar satu dari 103 inovasi nasional, dan pada 2011 mendapat penghargaan dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
Beras analog dirancang khusus untuk menghasilkan sifat fungsional dengan menggunakan bahan tepung lokal, seperti sorgum, sagu, umbi-umbian, dan bisa ditambahkan bahan pangan seperti serat dan antioksidan.
Mengenai teknologi pembuatannya, menurut dia, Fakultas Teknologi Pertanian menggunakan teknologi ekstrusi yaitu tween screw extruder dengan dye yang dirancang khusus dengan mengatur kondisi proses dan formulanya. Keberhasilan IPB membuat beras analog juga mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Beras sintetis itu diharapkan mampu meringankan ”beban” beras alami sebagai makanan pokok rakyat Indonesia.
Bahkan, Menteri BUMN memberangkatkan Annisa Karunia, Suba Santika Widara, dan Yuliyanti, mahasiswi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, ke luar negeri sebagai hadiah atas keberhasilan mereka ini.

Bagaimanakah Proses Pengolahan Padi Menjadi Beras?



Padi
Hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil. 

Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma. Struktur palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis dalam. 

Kariopsis terdiri dari kulit luar dan endospem. Kulit luar terdiri dari perikarp (10µm), seed coat (0.5µm), nucellus (2.5µm), dan aleuron (5.0µm). Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati dan terdapat rongga udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling. 
 
Klasifikasi beras menurut FAO


Sifat fisik gabah dan beras

Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2). 

Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog (1983) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Persyaratan beras untuk pengadaan dalam negeri
.
Tahapan pengolahan primer padi, yaitu padi diolah menjadi gabah, kemudian dari gabah menjadi beras

Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari pertumbuhan kapang yang dapat menyebabkan warna kuning. Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai sinar matahari (penjemuran dengan menggunakan tikar, tampah, lamporan), pengering buatan dan pengering surya. 

Lamporan dibuat miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegah air tergenang. Pada pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyak menghasilkan beras patah. Sedangkan pengeringan dengan sinar matahari untuk menghasilkan beras kepala. Pengeringan surya tidak cocok untuk gabah biasa. Pengeringan surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang nilai ekonominya tinggi.

a. Penggabahan
Cara penggabahan antara lain diinjak-injak, dipukulkan, ditumbuk, menggunakan pedal thresner dan mesin perontok. Keuntungan cara penggabahan diinjak-injak adalah kerusakan fisik kecil dan kemungkinan loss/hilang/terpelanting sangat kecil, sedangkan kerugiannya adalah kapasitasnya rendah. Keuntungan bila dipukulkan adalah kapasitas lebih besar sedangkan kerugiannya adalah ada beras yang patah, loss lebih besar. Untuk menghindarinya harus dikerjakan dalam pulungan. Keuntungan bila ditumbuki adalah kapasitas lebih besar dari pada diijak- injak, sedangkan kerugiannya adalah rendemen yang dihasilkan rendah karena banyak beras yang patah. keuntungan dengan menggunakan pedal thresner adalah kapasitasnya besar sedangkan kerugiannya adalah banyak beras yang patah.

b. Penggilingan dan Penyosohan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai jenis teknologi/alat yaitu penumbukan (lesung/kincir air), penggilingan tipe Engelberg, Rice Milling Unit (RMU) dan penggilingan padi besar.

Tahapan penggilingan padi
Penggilingan Padi Besar

1. Perontokan padi
Alat yang digunakan adalah rontogan; bahannya gabah, padi gedengan, “hencak”; sehingga dihasilkan gabah kotor (kotoran: potpngan merang, kerikil, bubuk jenteng, pasir, paku/logam, dan lain- lain).

2. Pembersihan gabah kotor
Alat yang digunakan adalah ayakan goyang (paddy cleaner/ hongkwl gabah), saringan kasar (batu, kerkil, paku, dan lain-lain), saringan halus (pasir) serta penarik logam; bahannya gabah kotor; sehingga dihasilkan gabah bersih.

3. Pemecahan kulit (husking)
Alat yang digunakan adalah pemecah kulit tipe silinder; bahannya gabah; sehingga dihasilkan beras pecah kulit, sebagian kecil gabah utuh yang lolos, lolosan (pesak halus bercampur dedak dan menir), serta sekam.

4. Pemisahan pesak
Alat yang digunakan adalah husk separator (hongkwl pesak), saringan pesak, dan saringan lolosan; bahannya beras pecah kulit, sekam, lolosan; sehingga dihasilkan beras pecah kulit bersih, dan gabah.

5. Pemisahan gabah (paddy separation)
Alat yang digunakan adalah paddy separator atau disebut gedongan; prinsipnya adalah perbedaan bobot jenis antara beras pecah kulit dan gabah, serta kehalusan permukaan gabah dan beras pecah kulit. Pada permukaan miring, beras pecah kulit akan cepat turun, sementara gabah terdesak ke atas; dibuat kamar-kamar.

6. Penyosohan
Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I (penyosohan I), mesin II (penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu amaril) dan lempengan karet, karena ada gesekan antara beras dengan batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka beras akan tersosoh; bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh, dedak (mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung dipisahkan dengan aspirator.

7. Grading
Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras); memisahkan beras kepala, beras patah dan meni.

Komposisi gabah dan fraksi hasil giling (%db)

Komposisi kimia (%) pada kadar air 14%

Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (“huller”) serat alat penyosoh (“polisher”). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)-nya, disebut beras pecah kulit (“brown rice”). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (“milled rice”). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling.

Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.

Delapan Wilayah Defisit Persediaan Beras

Secara umum provinsi Kalimantan Tengah memang mengalami surplus beras, tahun 2012 produksi padi Kalteng 653.914 ton. Untuk beras konsumsi sebanyak 367.652 ton, sedangkan kebutuhan beras 281.966 ton. Namun tidak semua kabupaten/kota berhasil memenuhi kebutuhan beras didaerahnya, dari 14 wilayah di Kalteng, hanya Lamandau, Katingan, Pulang Pisau, Kapuas, Murung Raya dan Barito Timur saja yang surplus beras. Hal ini menjadi perhatian Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kalteng, mengingat setidaknya daerah mampu memenuhi kebutuhan beras didaerahnya masing-masing. Enam kabupaten yang beberapa diantaranya adalah lumbung beras Kalteng, untuk saat ini masih mampu menutupi defisit ketersediaan beras di delapan daerah lainya di Kalteng. "Namun diharapkan daerah yang saat ini masih defisit beras dapat lebih meningkatan produksi beras didaerahnya. Hal ini bertujuan mensukseskan program swasembada beras berkelanjutan, yaitu surplus beras 10 juta ton pada akhir 2014," terang Kepala Distanak Kalteng, Ir Tute Lelo MMA, Selasa (19/6) kemarin. Ditambahkannya pula, di beberapa kabupaten/ kota memang terdapat beberapa kendala untuk meningkatkan produksi beras. Mulai dari perluasan lahan pertanian yang terkendala status lahan, disini dukungan dari pemerintah kabupaten/kota agar memberikan justifikasi status lahan sangat penting. Dia menyebutkan, masalah lain seperti alih fungsi lahan pertanian pangan ke nonpertanian pangan, maka UU No:41/2009 dan PP No :1/2011 harus diterapkan dengan maksimal. Dengan undang-undan dan peraturan pemerintah ini diharapkan dapat melindungi jumlah lahan pertanian pangan yang telah ada. Mneurut dia, Distanak sendiri telah melakukan beberapa upaya seperti mengirimkan surat ke kabupaten dan kota. Melalui surat tersebut salah satunya kita harapkan kepada bupati walikota yang memberikan izin kalau memang arealnya untuk pertanian tidak memberikan izin sebagai perkebunan "Menilik dari dua permasalahan tersebut, diharapkan pemerintah kabupaten/kota, utamanya yang masih defisit produksi beras dapat lebih meningkatkan kerjasama antarinstansi," ujar Tute Lelo. Sehingga program swasembada beras mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional dapat tercapai. Sejalan dengan target utama kementrian pertanian untuk tahun 2012 dan arahan presiden tentang surplus beras di tahun 2014. 
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies